INFO ANYAR | UAS Mata Kuliah Hukum Bisnis dilaksanakan tanggal 10-06-2016 pukul 14.00 - 15.30 | RKAKL Online Klik Disini | Chek in Online Garuda Klik Disini | Cek Garuda Miles Klik Disini | Materi MK Hukum Bisnis, Lihat Pada Menu Materi Kuliah Hkm. Bisnis |

31 Oktober 2013

Pemarginalan Agama di Era Digital, Betulkah?

Pendahuluan
Kekuatan era digital ini menjelma menjadi kekuatan riil, dimana setiap individu memiliki kekuatan penuh untuk menyuarakan ide atau gagasannya sendiri. Kita tidak bisa menyalahkan teknologi, karena seiring berkembangnya zaman pasti memiliki risiko yang harus dikenali.
Perkembangan teknologi saat ini bahkan tak sekedar  selangkah Lebih Maju. Internet telah berhasil  merekam segala bentuk aktifitas manusia, apabila boleh saya sebut dengan banyak melalui proses konversi, termasuk mengkonversikannya ke indra kita sehingga dapat menangkap maksud dari informasi yang banyak disediakan di internet. Sebuah informasi memiliki banyak cara agar bisa sampai ke kita. Pada intinya, sebuah informasi itu selalu melibatkan indra yang kita miliki dan pesan dari informasi itu akan diteruskan ke otak dan mulailah menyinggung proses jiwa yang dinamis. Generasi digital seharusnya dapat memanfaatkan perkembangan yang pesat ini sehingga dapat menjadi insan yang selangkah lebih maju
Hampir setiap orang telah menjadikan internet sebagai bagian dari gaya hidup – nya (life style). Dari anak-anak hingga orang tua saat ini internet bukanlah sesuatu yang mewah. Globalisasi informasi menggerus stagnasi berfikir “tabu” menjadi berfikir “terbuka”. Globalisasi informasi tidak bisa dibendung sekalipun kita tutup pintu rapat-rapat, kata Prof. Dr. I Gede AB Wiranata, “karena bukan sekedar kebutuhan tetapi merupakan refleksi zaman yang tidak bisa dihindari”.
Kalau dikalangan mahasiswa memang tidak bisa lepas dari penggunaan internet. Tak sekedar sebuah kemungkinan sebenarnya, internet memang wajib bagi para mahasiswa. Apabila membutuhkan banyak bacaan, internet bisa menjadi perpustakaan yang mobile bagi mahasiswa. Dalam urusan mengumpulkan tugas, internet menjadi sebuah media yang efektif agar cepat terkirim dan tidak perlu print out dengan kertas. Apabila ingin membentuk komunitas dan berkampanye, internet bisa membuatnya lebih mudah. Menunggu pengumuman KHS. Mengunduh materi tugas. Hunting Jurnal dan E-book. Semua aktifitas tersebut menggunakan internet.
Seiring dengan perkembangan zaman, kebiasaan – kebiasaan membaca dan merekam juga turut mengalami perubahan. Salah satu faktor yang sangat kentara dalam mempengaruhi perubahan ini adalah perkembangan teknologi. Ketika internet mulai menjadi bagian yang mendasar bagi kehidupan manusia, pola pikir manusia dalam memperbanyak buku dan membaca juga turut berubah. Meskipun sudah lama ditradisikan, namun buku cetak yang banyak terdapat di pasaran ini ternyata masih memiliki kekurangan. Mengingat sumber daya alam kita yang semakin langka agar terus bisa menghasilkan kertas, bisa jadi hal inilah yang mendorong manusia untuk mendisain pemikirannya tentang bagaimanakah bentuk buku yang bisa menjembatani kesenjangan yang terjadi. Akhirnya ditemukanlah e-book. Wikipedia : e-book adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Dalam sebuah e-book dapat diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku konvensional. Jenis e-book paling sederhana adalah yang sekedar memindahkan buku konvensional menjadi bentuk elektronik yang ditayangkan oleh komputer. Dengan teknologi ini, ratusan buku dapat disimpan dalam satu keping CD atau compact disk, DVD atau digital versatile disk  maupun (eksternal drive) lainnya. Format multimedia memungkinkan e-book menyediakan tidak saja informasi tertulis tetapi juga suara, gambar, movie dan unsur multimedia lainnya. Penjelasan tentang satu jenis musik misalnya, dapat disertai dengan cuplikan suara jenis musik tersebut sehingga pengguna dapat dengan jelas memahami apa yang dimaksud oleh penyaji
Disisi lain, perkembangan teknologi informasi juga telah banyak melepaskan fenomena konvensional kea rah gaya hidup modern. Disadari semakin hari kian terasa bahwa kehidupan manusia makin menjurus kearah pengejaran segala sesuatu yang bermakna fisik-material, di mana dalam kajian sosiologi kecenderungan semacam ini disebut sebagai proses “reifikasi”, yaitu ketika manusia saling mengejar apa saja yang bernilai “material”. Bagi mereka kehidupan ini dimaknai hanya sekedar untuk mengisi “perut” dan memenuhi segala macam kesenangan yang nyaris mengabaikan segala aspek yang berdimensi spiritual.
Agama hampir dapat dipastikan akan mengalami dampak yang cukup mengancam kelangsungan hidupnya, ketika sekularisasi besar-besaran telah menggusur ikatan yang bersifat “sakral, suci dan transenden”, sehingga afinitas keagamaan makin pudar dan luntur, bahkan kadar keberagamaan dapat menghilang sama sekali dalam pergaulan hidup manusia Era Digital, inilah salah satu ciri dan dampak dari era yang disebut Cak Nur “Zaman Teknik”.
Memang harus diakui bahwa manusia telah melalui suatu perjalanan panjang dalam pencarian hakekat dan makna hidupnya. Pengalaman demi pengalaman telah dilalui yang pada akhirnya manusia telah sampai kepada puncak kemajuan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dimana IPTEK mendominasi segala aspek kehidupan.
Era digital selalu identik dengan modernisasi dan kemodernan selalu identik  dengan kehidupan keserbaadaan. Sedangkan modernisasi itu sendiri merupakan salah satu ciri umum peradaban maju – yang dalam sosiologi berkonotasi perubahan sosial masyarakat yang kurang maju atau primitive untuk mencapai tahap yang telah dialami oleh masyarakat maju atau berperadaban.
Modernitas memang menjadi keharusan dalam sejarah manusia. Baik individual maupun kemasyarakatan, modernisasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam kehidupan. Tidak kurang filosof eksistensialis menyebut era ini sebagai “kehancuran”, kendatipun membuka berbagai kemungkinan baru. T.S. Elliot menyebutnya sebagai era kecemasan, bahkan bagi para seniman era ini disebut sebagai keterasingan baru dan pemenjaraan yang paling menakutkan.
Jadi memang harus dipahami bahwa era digital sebagai bentukan dari modernitas harus dipandang sebagai suatu kelanjutan yang wajar dan logis, dalam perkembangan kehidupan manusia, yang ditandai oleh kreatifitas manusia dalam mencari jalan mengatasi kesulitan hidupnya di dunia ini, dan harus dipahami pula bahwa betapapun kreatifnya manusia di zaman modern, namun kretifitas itu, dalam perspektif sejarah dunia dan umat manusia secara keseluruhan, masih merupakan kelanjutan hasil usaha (achievement) umat manusia sebelumnya. Karena itulah modernitas sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, lambat ataupun cepat modernitas tentu pasti muncul dikalangan umat manusia, entah kapan dan di bagian mana di muka bumi ini. Jika kebetulan momentum zaman modern dimulai oleh Eropa Barat laut sekitar 2 abad yang lalu, maka sebetulnya telah terjadi pula kebetulan serupa sebelumnya, yaitu dimulainya momentum zaman agrarian dari lembah Mesopotamia sekitar lima ribu tahun yang lalu, yang disebut juga sebagai zaman permulaan sejarah, dan zaman sebelumnya disebut zaman prasejarah yang tanpa peradaban, karena itu lembah Mesopotamia dianggap sebagai tempat buaian peradaban manusia (Nurcholish Madjid, Islam dan Doktrin Peradaban, 1992:450-451).

Definisi

Untuk memahami apa dan bagaimana era digital, tidak terlepas dari apa yang disebut modenisasi. secara etimologi berasal dari kata modern, yang dalam kamus umum bahasa Indonesia adalah yang berarti: baru, terbaru, cara baru atau mutakhir, sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntunan zaman, dapat juga diartikan maju, baik. Kata modernisasi merupakan kata benda dari bahasa latin “modernus” (modo: baru saja) atau model baru, dalam bahasa Perancis disebut Moderne.
Modernisasi ialah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989:589). Modernisme dalam kamus bahasa Indonesia yang berarti pembaharuan, mempunyai padanan kata dalam bahasa Arab tajdid, ashriy, hadits, bukan bid’ah, ibda atau ibtida, yang berarti kebaruan, pembaruan atau pembuatan hal baru, dalam bahasa Inggris Innovation, konotasinya negatif karena secara semantik mengandung arti pembuatan hal baru dalam agama an sich.
Modernisme adalah pikiran, aliran, gerakan-gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Adapun modernisasi secara terminologi terdapat banyak arti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dari banyak ahli. Nurcholish Madjid, yang mengatakan bahwa “zaman modern”, adalah “zaman Teknik” (technical Age), bila dilihat dari hakikat  intinya, karena pada zaman ini peran sentral teknikalisme serta bentuk-bentuk kemasyarakatan yang terkait dengan teknikalisme sangat kental, wujud keterkaitan antara segi teknologis diacu sebagai dorongan besar pertama umat manusia memasuki zaman sekarang ini, yaitu revolusi industri (teknologis) di Inggris dan revolusi Perancis (social politik) di Perancis (Light Donald Jr. and Suzanne Keller, 1982:567)

untuk materi lebih lanjut, silahkan download makalahnya DISINI

0 komentar:

Posting Komentar